PENGAMATAN UNSUR-UNSUR CUACA SECARA MANUAL
Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam jangka waktu yang lebih lama.
yang mana gejala dan peristiwa itu berulang dari tahun ke tahun.
Manfaat iklim adalah untuk menentukan letak geografis bumi dan untuk
mengetahui gejala dan peristiwa cuaca yang terjadi disuatutempat dalam
kurun waktu setahun. Iklim sangat menentukan dalam pendapatan produksi
yang akan diperoleh petani. Dari iklim petani bisa menentukan jenis
tanaman apa yang cocok untuk ditanam di daerahnya, penentuan kapan waktu
tanam dan juga panen serta lainnya.
Cuaca adalah sebuah aktifitas fenomena atau keadaan atmosfer dalam waktu
beberapa hari. Manfaat cuaca adalah untuk menyeimbangkan suhu dan
kelembaban yang berada antara satu tempat dengan tempat lainnya.
Perbedaan ini terjadi karena sudut pemanasan matahari yang berbeda-beda
disetiap tempat karena perbedaan lintang bumi.
Unsur cuaca yang diamati dalam agroklimatologi meliputi radiasi
matahari, suhu,kelembaban nisbi udara, tekanan udara, evaporasi, curah
hujan, angin dan awan. Sedangkan unsur organime pertanian yang diamati
tergantung pada tujuan penelitian pertanian seperti fase pertumbuhan
tanaman, produksi tanaman, serangan hama hama penyakit dan lain
sebagainya. Dalam Agroklimatologi salah satu hal yang akan kita pelajari
dan penting untuk diketahui adalah Unsur-unsur Iklim dan Faktor-faktor
Pengendali Iklim. Unsur-unsur iklim dan pengendali iklim sangat penting
untuk dipelajari karena iklim merupakan salah satu hal yang sangat
penting dalam dunia pertanian. Iklim dapat mempengaruhi hasil produksi
pertanian baik itu dari segi kualitas, kuantitas, maupun kontinuitas.
Iklim merupakan faktor pembatas dalam pertanian, secara mikro iklim bisa
di modifikasi namunsecara makro iklim sangant sulit sekali untuk di
modofikasi. Menghadapi hal yang demikian tentunya para petani berfikir
bagaimana faktor iklim ini bisa membantu para petani agar tidak gagal
panen.
1. Radiasi Surya
Radiasi matahari merupakan unsur yang sangat penting dalam bidang
pertanian. Pertama, cahaya merupakan sumber energi bagi tanaman hijau
yang memalui proses fotosintesa diubah menjadi tenaga kimia. Kedua,
radiasi memegang peranan penting sebagai sumber energi dalam proses
evaporasi yang menentukan kebutuhan air tanaman (Wisnubroto, 2005).
Distribusi radiasi surya yang tidak merata di muka bumi adalah penyebab
utama timbulnya cuaca dan iklim. Tidak saja distribusi energi surya itu
yang mengandalkan iklim, tetapi energi surya itu sendiri merupakan suatu
unsur vital iklim. Energi itu secara langsung bertanggung jawab atas
berlangsungnya proses fotosintesis; periode siang dan malam yang
panjangnya bervariasi mempunyai pengaruh besar terhadap pertumbuhan
tanaman. Energi surya juga penting pengaruhnya dalam evapotranspirasi
(pelepasan air) dan terhadap jumlah kebutuhan tanaman akan air
(Trewartha dan Horn, 1999).
Taiz dan Zeiger (1991) menyatakan distribusi spektrum cahaya matahari
yang diterima oleh daun di permukaan tajuk (1900 umol m-2s-1) lebih
besar dibanding dengan daun di bawah naungan (17.7 umol m-2s-1). Pada
kondisi ternaungi cahaya yang dapat dimanfaatkan untuk proses
fotosintesis sangat sedikit. Cruz (1997) menyatakan naungan dapat
mengurangi enzim fotosintetik yang berfungsi sebagai katalisator dalam
fiksasi CO2 dan menurunkan titik kompensasi cahaya.
Lama penyinaran akan berpengaruh terhadap aktivitas makhluk hidup
misalnya pada manusia dan hewan. Juga akan berpengaruh pada metabolisme
yang berlangsung pada tubuh makhluk hidup, misalnya pada tumbuhan.
Penyinaran yang lebih lama akan memberi kesempatan yang lebih besar bagi
tumbuha tersebut untuk memanfaatkanya melalui proses fotosintesis (
Benyamin Lakitan, 1994 ).
Radiasi surya terdiri dari spectra ultraviolet (panjang gelombang kurang
dari 0.38 mikron) yang berpengaruh merusak karena daya bakarnya sangat
tinggi, spectra Photosynthetically Active Radiation (PAR) yang berperan
membangkitan proses fotosintesis dan spectra inframerah (lebih dari 0.74
mikron) yang merupakan pengatur suhu udara . spectra radiasi PAR dapat
dirinci lebih lanjut menjadi pita-pita spectrum yang masing-masing
memiliki karakteristik tertentu. Ternyata spectrum biru memberikan
sumbangan yang paling potensial dalam fotosintesis (Koesmaryono, 1999
).
2. Tekanan Udara
Udara yang mengembang menghasilkan tekanan udara yang lebih rendah.
Sebaliknya, udara yang berat menghasilkan tekanan yang lebih tinggi.
Angin bertiup dari tempat yang bertekanan tinggi menuju ke tempat yang
bertekanan rendah. Semakin besar perbedaan tekanan udaranya, semakin
besar pula angin yang bertiup. Rotasi bumi membuat angin tidak bertiup
lurus. Rotasi bumi menghasilkan coriolis force yang membuat angin
berbelok arah. Di belahan bumi utara, angin berbelok ke kanan, sedangkan
di belahan bumi selatan angin berbelok ke kiri. Untuk keperluan ilmu
pengetahuan, khususnya mengenai Metereologi dan Geofisika diperlukan
suatu alat yang dapat mengukur kecepatan angin dan mengukur tekanan
udara. Alat tersebut sudah ada. Alat untuk mengukur kecepatan angin
disebut anemometer dan alat untuk mengukur tekanan udara disebut
barometer (Marthen, 2002).
Tekanan udara merupakan tenaga yang bekerja untuk menggerakkan massa
udara dalam setiap satuan luas tertentu. Di ukur dengan menggunakan
barometer. Garis-garis yang menghubungkan tempat yang sama tekanan
udaranya disebut isobar (Hendi, 2010). Daerah yang memiliki tekanan
atmosfer terbesar adalah di permukaan laut yaitu sekitar 1.013,2 mb.
Tekanan atmosfer akan berkurang terhadap ketinggian. Sehingga tekanan
atmosfer di pantai akan lebih besar dibandingka dengan di daerah
pegunugan (Heri, 2009).
Makin tinggi tempat dari permukaan air laut (latitude) maka tekanan
udara makin menurun. Hal ini disebabkan karena gradien tekanan udara
vertikal (gradient vertikal). Gradien vertikal ini tidak selalu tetap,
sebab kerapatan udara dipengaruhi oleh faktor : suhu kadar uap air di
udara dan gravitasi (Wuryatno, 2000).
3. Suhu Tanah dan Suhu Udara
Temperatur (suhu) adalah salah satu sifat tanah yang sangat penting
secara langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan juga terhadap
kelembapan, aerasi, stuktur, aktifitas mikroba, dan enzimetik,
dekomposisi serasah atau sisa tanaman dan ketersidian hara-hara tanaman.
Tenperatur tanah merupakan salah satu faktor tumbuh tanaman yang
penting sebagaimana halnya air, udara dan unsur hara. Proses kehidupan
bebijian, akar tanaman dan mikroba tanah secara langsung dipengaruhi
oleh temperatur tanah (Hanafiah, Kemas Ali, 2005).
Di bidang pertanian suhu udara yang perlu diketahui adalah suhu udara
pada ketinggian rendah dan umumnya mengacu pada temperatur yang diukur
diruangan atau sangkar cuaca yang dipasang pada ketinggian 1,5 – 2,0
meter. Suhu seringkali juga diartikan sebagai energi kinetis rata-rata
suatu benda. Satuan untuk suhu adalah derajat suhu yang umumnya
dinyatakan dengan satuan derajat Celsius (°C) disamping tiga sistem
skala lain, yaitu satuan Fahrenheit (F), satuan Reamur (R), dan satuan
Kelvin (K). Sistem Kelvin memiliki sistem skala yang samadengan skala
Celcius, tetapi berbeda pada dasar titik nolnya. Titik nol derajat
Kelvin berada pada 273 skala dibawah nol derajat Celsius, sehingga:
satuanderajat Kelvin = satuan derajat Celsius – 273 , atau t°K = t°FC–
273 Dalam skala Celsius, titik beku air adalah 0°C dan titik didihnya
adalah 100°C, sedangkan pada skala Fahrenheit, titik beku air adaalah
32°F dan titik didihnya sama dengan 212°F, sehingga : t°C = 5/9 ( t°F –
32) (Gunawan Nawawi, Ir., MS, 2007).
Suhu tanah mengalami perubahan dari pengembunan secara terus menerus
pada kedalaman yang dangkal di banyak tanah di daerah Alaska yang beku
sampai ke Hawai yang tropis, dimanapun jarang ditemukan suhu tanah dapat
mencapai 100o F (37,8o C) pada hari yang panas sekalipun. Pada
kebanyakan permukaan bumi, suhu tanah harian jarang mengalami perubahan
pada kedalaman 20 inchi (51 cm). tapi dibawah kedalaman tersebut suhu
tanah akan mengalami perubahan yang secara lambat menunjukkan
pertambahan derajat suhu sekitar 2o F (Donahue dkk, 1977).
Suhu tanah yang rendah dapat mempengaruhi penyerapan air dari
pertumbuhan tumbuhan. Jika suhu tanah rendah, kecil kemungkinan terjadi
transpirasi, dan dapat mengakibatkan tumbuhan mengalami dehidrasi atau
kekurangan air. Pengaruh dari suhu tanah pada proses penyerapan bisa
dilihat dari hasil perubahan viskositas air, kemampuan menyerap dari
membran sel, dan aktivitas fisiologi dari sel-sel akar itu sendiri.
Dengan kata lain pada keadaan udara yang panas maka evaporasi air dari
permukaan tanah akan semakin besar (Tisdale and Nelson, 1966).
Suhu dinyatakan sebagai derajat panas atau dingin yang diukur
berdasarkan Skala tertentu dengan menggunakan termometer. Satuan Suhu
yang biasa digunakan adalah derajat celcius, sedangkan di Inggris dan
dibeberapa negara lainnya dinyatakan dengan derajat farenheit. Tanah
merupakan media utama dimana manusia bisa mendapatkan lahan pangan,
sandang, pangan, tambang dan tempat dilaksanakannya beberapa aktifitas
(Sunaryo, 1998).
4. Kelembaban Tanah dan Udara
Kondisi iklim mikro bergantung pada beberapa faktor seperti suhu,
kelembaban udara, angin, penguapan, dll. Tipe tanah yang ada juga
mempengaruhi iklim mikro. Karakteristik permukaan tanah juga penting,
tanah dengan warna yang lebih terang lebih memantulkan dan kurang
merespon terhadap pemanasan harian. Hal lain yang berpengaruh terhadap
iklim mikro adalah kemampuan tanah untuk menyerap atau mempertahankan
uap air, yang bergantung pada komposisi tanah dan penggunaannya.
Keberadaan vegetasi juga berperan penting untuk mengontrol penguapan air
ke udara melalui proses transpirasi. Vegetasi atau tumbuhan bisa juga
menutupi tanah di bawahnya dan mempengaruhi perbedaan suhu (Anonima,
2010). Tanaman atau vegetasi secara langsung memberikan pengaruh kepada
kondisi iklim mikro yang ada melalui modifikasi radiasi matahari dan
suhu tanah. Keberadaan tanaman juga mempengaruhi tingkat
evapotranspirasi (Villegas et al., 2010).
Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat
dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun
defisit tekanan uap air. Kelembaban mutlak adalah kandungan uap air
(dapat dinyatakan dengan massa uap air atau tekanannya) per satuan
volume. Kelembaban nisbi membandingkan antara kandungan/tekanan uap air
aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung
uap air. Kapasitas udara untuk menampung uap air tersebut (pada keadaan
jenuh) ditentukan oleh suhu udara. Sedangkan defisit tekanan uap air
adalah selisih antara tekanan uap jenuh dan tekanan uap aktual.
Masing-masing pernyataan kelembaban udara tersebut mempunyai arti dan
fungsi tertentu dikaitkan dengan masalah yang dibahas (Handoko, 1994).
Kelembaban adalah jumlah uap air yang terkandung dalam udara. Istilah
kelembaban biasanya digunakan dalam kehidupan sehari-hari berupa
kelembaban relatif (Buck et. al, 1970). Data klimatologi untuk
kelembaban udara yang umum dilaporkan adalah kelembaban relatif
(relative humidity, disingkat RH). Kelembaban relatif adalah
perbandingan antara tekanan uap air aktual (yang terukur) dengan tekanan
uap air pada kondisi jenuh. Rumus untuk menentukan relative humidity
(RH) adalah sbb (Buck et. al, 1970).
Keadaan kelembaban diatas permukaan bumi berbeda-beda. Pada umumnya,
kelembapan tertinggi ada di khatulistiwa sedangkan terendah ada pada
lintang 40o daerah rendah ini disebut horse latitude, curah hujanya keci
(Kartasapoetra, 2004).
Kelembaban udara dalam ruang tertutup dapat diatur sesuai dengan
keinginan. Pengaturan kelembaban udara ini didasarkan atas prinsip
kesetaraan potensiair antara udara dengan larutan atau dengan bahan
padat tertentu. Jika ke dalam suatu ruang tertutup dimasukkan larutan,
maka air dari larutan tersebut akan menguap sampai terjadi keseimbangan
antara potensi air pada udara dengan potensi air larutan. Demikian pula
halnya jika hidrat kristal garam-garam (salt cristal bydrate) tertentu
dimasukkan dalam ruang tertutup makaair dari hidrat kristal garam akan
menguap sampai terjadi keseimbangan potensi air (Lakitan, 1994).
5. Curah Hujan
Curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam
waktu tertentu. Alat untuk mengukur banyaknya curah hujan disebut Rain
gauge. Curah hujan diukur dalam harian, bulanan, dan tahunan. Curah
hujan yang jatuh di wilayah Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain adalah bentuk medan/topografi, arah lereng medan, arah angin
yang sejajar dengan garis pantai dan jarak perjalanan angina diatas
medan datar. Hujan merupakan peristiwa sampainya air dalam bentuk cair
maupun padat yang dicurahkan dari atmosfer ke permukaan bumi (Handoko,
2003).
Hujan adalah kebasahan yang jatuh ke bumi dalam bentuk cair. Butir-butir
hujan mempunyai garis tengah 0,08 – 6 mm. Hujan terdapat dalam beberapa
macam yaitu hujan halus, hujan rintik-rintik dan hujan lebat. Perbedaan
terutama pada besarnya butir-butir. Hujan lebat biasanya turun sebentar
saja jatuh dari awan cumulonimbus. Hujan semacam ini dapat amat kuat
dengan intensitas yang besar (Karim,1985).
Hujan terjadi dari adanya udara lembab yang esensial. Jika udara terlalu
kering, hujan dapat jatuh dari awan dan tidak pernah menjangkau tanah.
Jejak hujan yang kelihatan tidak menjangkau tanah itu disebut virga.
Asumsi bahwa suatu massa udara lembab, ada empat penyebab utama
timbulnya hujan. Semua penyebab ini mempunyai ini mempunyai pengaruh
bagaimana membuat udara yang hangat naik. Pada kenaikan tekanan yang
lebih rendah bergerak ke arah yang lebih luas dan kehilangan panas,
resultan yang mendingin berarti lebih sedikit embun yang dapat ditahan
dan hujan terjadi (Griffiths, 1976).
Jumlah curah hujan tidak menunjukkan informasi yang dibutuhkan untuk
mengukur pengikisan dari badai hujan. Kekuatan yang digunakan di
permukaan tanah dengan setiap tetesan air hujan dapat diperlihatkan
dengan kekuatan yang meliputi badai hujan. Untuk menghitung nilai ini,
informasi yang harus tersedia adalah besar dan lamanya hujan badai,
ukuran dan kecepatan pada tiap tetesan hujan dan penyaluran ukuran tiap
tetes (Linder,1981).
Probabilitas dan prakiraan data curah hujan lebih praktis mendapatkan
perhatian, karena hal ini dapat mengubah hasil panen tanaman, permintaan
evaporasi dan tipe tanah. Pada faktanya periode dengan kalkulasinya
dibutuhkan untuk mengubah nilai kritik dari curah hujan dalam suatu
periode. Permasalahan yang ada seperti ketidaktepatan dalam perubahan
kalkulasi dengan jangka waktu yang pendek dan curah hujan yang rendah
(Jackson, 1984).
Cara memprediksi kemungkinan curah hujan yaitu dengan melakukan banyak
penyelidikan mengenai distribusi curah hujan yang dapat diklasifikasikan
sebagai berikut (Sosrodarsono, 1978):
a. Cara distribusi normal
Cara ini digunakan untuk menyelesaikan atau menghitung distribusi normal
yang didapat dengan merubah variabel distribusi asimetris (X) ke dalam
logaritma atau ke dalam akar pangkat n.
b. Cara kurva asimetris
Cara ini adalah cara yang langsung menggunakan kurva asimetris
kemungkinan kerapatan. Cara-cara yang digunakan adalah jenis distribusi
eksponensial dan distribusi harga ekstrim.
c. Cara yang manggunakan kombinasi cara 1 dan cara 2.
6. Angin
Angin adalah udara yang bergerak dari satu tempat ketempat lainnya.
Angin berhembus dikarenakan beberapa bagian bumi mendapat lebih banyak
panas matahari dibandingkan tempat lain. Permukaan tanah yang panas
mambuat suhu udara diatasnya naik. Akibatnya udara yang naik mengembang
dan menjadi lebih ringan. Karena lebih ringan dibandingkan udara
sekitarnya, udara akan naik. Begitu udara panas tadi naik, tempatnya
akan segera digantikan oleh udara sekitar terutama udara dari atas yang
lebih dingin dan berat. Proses ini terjadi terus-menerus, akibatnya kita
bisa merasakan adanya pergerakan udara atau yang disebut angin
(Nasir dan Koesmaryono, 1990).
Angin disebabkan karena adanya perbedaan tekanan udara yang merupakan
hasil dari pengaruh ketidakseimbangan pemanasan sinar matahari terhadap
tempat-tempat yang berbeda di permukaan bumi. Keadaan ini mengakibatkan
naiknya sejumlah besar massa udara yang ditandai dengan timbulnya sifat
khusus, yaitu terdapatnya tekanan udara tinggi dan rendah. Sebagai
contoh, massa udara yang bertekanan dibentuk di daerah-daerah kutub,
sedangkan massa volume yang bertekanan rendah yang kering dan panas
berkumpul di daerah subtropik. Massa udara ini tidak tetap tinggal pada
tempat di mana mereka ini dibentuk, tetapi bagitu mereka melewati
daratan menekan akan terseret oleh aliran angin yang ditimbulkan dengan
adanya perubahan dan variasi iklim setempat (Anonimb, 2008).
Anemometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur arah dan kecepatan
angin. Satuan meteorologi dari kecepatan angin adalah Knots (Skala
Beaufort). Sedangkan satuan meteorologi dari arah angin adalah 00 – 3600
dan arah mata angin. Anemometer harus ditempatkandi daerah terbuka.
Pada saat tertiup angin, baling-baling yang terdapat pada anemometer
akan bergerak sesuai arah angin. Di dalam anemometer terdapat alat
pencacah yang akan menghitung kecepatan angin. Hasil yang diperoleh alat
pencacah dicatat, kemudian dicocokkan dengan Skala Beaufort. Selain
menggunakan anemometer, untuk mengetahui arah mata angin, kita dapat
menggunakan bendera angin. Anak panah pada baling-baling bendera angin
akan menunjukkan ke arahmana angin bertiup. Cara lainnya dengan membuat
kantong angin dan diletakkan di tempat terbuka (Wisnubroto, 2006).
Erosi angin pada dasarnya disebabkan pengaruh angin pada
partikel-partikel yang ukurannya cocok untuk bergerak dengan saltasi.
Erosi angin dapat dikendalikan; (1) Bila partikel-partikel tanah dapat
dibentuk ke dalam kelompok/butiran yang terlalu besar ukurannya untuk
bergerak dengan saltasi, (2) Bila kecepatan angin dekat permukaan tanah
dapat dikurangi melalui penggunaan tanah, oleh tanaman tertutup, (3)
Dengan menggunakan jalur-jalur tunggul/tanaman penutup lain yang cukup
untuk menangkap dan menahan partikel-partikel yang bergerak dengan
saltasi (Foth, 1994).
7. Evaporasi
Evaporasi merupakan konversi air kedalam uap air. Proses ini berjalan
terus hamper tanpa berhenti disiang hari dan kerap kali mdimalam hari,
perubahan dari keadaan cair menjadi gas ini memerlukan energi berupa
panas laten untuk evaporasi, proses tersebut akan sangat aktif jika ada
penyinaran matahari langsung, awan merupakan penghalangan radiasi
matahari dan penghambat proses evaporasi (Wahyuningsih, 2004).
Dari hasil-hasil evaporasi (penguapan-penguapan air) serta transpirasi
(penguapan melalui tanaman) maka terbentuklah awan. Awan ini pada
akhirnya akan mengembun (berkondensasi) dan cenderung menimbulkan hujan
(presipitasi). Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa hujan itu
merupakan butir-butir air (Kartasapoetra, 1993).
Perkiraan evaporasi dan transpirasi adalah sangat penting dalam
pengkajian-pengkajian hidrometeorologi. Pengukuran langsung evaporasi
maupun evapotranspirasi dari air ataupun permukaan lahan yang besar
adalah tidak mungkin pada saat ini. Akan tetapi beberapa metode yang
tidak langsung telah dikembangkan yang akan memberikan hasil-hasil yang
dapat diterima (Seyhan, 1990).
Pengukuran air yang hilang melalui penguapan (evaporasi) perlu diukur
untuk mengetahui keadaan kesetimbangan air antara yang didapat melalui
curah hujan dan air yang hilang melalui evaporasi. Alat pengukur
evaporasi yang paling banyak digunakan sekarang adalah Panci kelas A.
Evaporasi yang diukur dengan panci ini dipengaruhi oleh radiasi surya
yang datang, kelembapan udara, suhu udara dan besarnya angin pada tempat
pengukuran (Hanum, 2009).
8. Awan
Pembentukan dan keberadaan awan tidak menjamin bahwa hujan akan terjadi.
Adalah biasa kalau suatu lapisan awan telah ada selama beberapa hari
tanpa adanya hujan. Butir-butir awan yang kecil tetap terapung dalam
udara yang naik dimana butir-butir tersebut terbentuk. Tetapi dalam
keadaan yang lain, hanya dibutuhkan waktu kurang dari 30 menit untuk
terbentuknya awan dan mulainya turunnya hujan yang lebat
(Trewartha dan Horn, 1995).
Awan terbentuk sebagai hasil pendinginan (kondensasi atau sublimasi)
dari massa udara basah yang sedang bergerak ke atas. Proses pendinginan
terjadi karena menurunnya suhu udara tersebut secara adiabatis atau
mengalami pencampuran dengan udara dingin yang sedang bergerak ke arah
horisontal (adveksi). Butir-butir debu atau kristal es yang
melayang-layang di lapisan troposfer dapat berfungsi sebagai inti-inti
kondensasi dan sublimasi yang dapat mempercepat proses pendinginan. Awan
dapat terjadi dari massa udara yang sedang naik kearah vertikal karena
berbagai sebab, yaitu: pengaruh radiasi matahari (secara konveksi) dan
melalui bidang peluncuran (pengangkatan orografis atau frontal)
(Tjasyono, 2004).
Pada umumnya awan terdiri dari butir-butir air cair yang berukuran
sedemikian kecil sehingga tidak jatuh. Namun apabila awan tersebut
mencapai suatu ketinggian dimana temperatur udaranya jauh dibawah 0 C
maka butir-butir air tersebut menjadi butir-butir es (kristal). Awan
adalah penolong berharga dalam ramalan cuaca karena memperlihatkan,
perubahan apa yang sedang terjadi dalam atmosfer. Awan itu sendiri tidak
memberitahu kita terlalu banyak. Ahli cuaca harus mengetahui bagaimana
ia telah berkembang dengan berubah atau pecah pada umumnya, kemungkinan
ada hujan lebih besar kalau awan tinggi yang terpisah menjadi tambah
tebal, bertambah jumlahnya dan dasar awan lebih rendah (Wisnubroto,
1981).
Awan dapat terdiri dari butir-butiran, kristal-kristal es, atau
kombinasi keduannya. Bila awan demikian tipisnya hingga sinar matahari
atau bulan menembusnya, awan tersebut sering melahirkan
pengaruh-pengaruh optik yang memungkinkannya dapat dibedakan antara awan
kristal es dan awan butir air ( Black, 1991).
Awan terbagi dalam 4 golongan yaitu awan tinggi, awan menangah, awan
rendah, dan awan yang membumbung keatas. Tiap golongan awan ini terbagi
lagi dalam beberapa jenis menurut ketinggian dan bentuk awan tersebut
misalnya cirrus, alto cumulus, nimbo stratus, cumulus nimbus, dan lain
sebagainya. Awan merupakan salah satu jenis hydrometer, jenis hydrometer
yang lain adalah kabut, hujan lembut, hujan merata, hujan setempat, dan
salju. Jenis-jenis hujan tergantung dari jenis-jenis awan yang
merupakan sumbernya (Handoko, 1995).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar